Arsip Blog

Rabu, 08 Oktober 2008

I Gede Adnyana, FDGAH Dunia Maya RANGKAIAN PELAKSANAAN NYEPI MELASTI Memohon anugrah kepada Sang Hyang Baruna agar kesengsaraan dunia dimusnahkan, penderitaan dan kecemeran dunia musnah, lebur dilautan. Memohon tirta kamandalu (air suci kehidupan). Waktu pelaksanaan tepatnya setiap pangelong ke-13 sasih ka sanga. Melasti merupakan pensucian bagi pratima (nyasa, pralingga) yang menjadi lambang atau simbul dari Sang Hyang Widdhi Wasa yang dilakukan di lautan. Mengapa harus dilakukan? Jika tidak maka akan dapat menimbulkan kacaunya dunia. Segala macam kekacauan akan semakin mengganas akibat buta kala yang meraja lela. Brahma sebagai pencipta akan menciptakan Buchari desa, teluh tranjana (yang menyebabkan kesedihan), Wisnu sebagai pemelihara berubah wujud kedewataannya menjadi Kala (waktu pemusnah), Iswara (bersifat menyempunakan) sehingga terwujud penyakit yang meraja lela dan mengerikan (Sundarigama hal. 7) TAWUR Tawur kesanga dilaksanakan pada tilem ka sanga diperempatan jalan dengan menggunakan upakara berupa caru (disesuaikan dengan tingkatan), memohon kehadapan Hyang Widdhi agar para Bhuta menjadi somya (dari Bhuta kala menjadi Bhuta Hita). NYEPI Intinya adalah menciptakan suasana sepi. Yang didukung oleh Catur Bratha Penyepian; amati gni, amati karya, amati lelanguan, amati lelungaan. Jika melaksanakan upawasa maka dimulai ketika matahari belum terbit sampai keesokan harinya (24 jam). NGEMBAK GENI Menikmati hasil dari melaksanakan Bratha Nyepi, berupa redanya api hawa nafsu yang ada dalam diri manusia. BANTEN NYEPI UNTUK RUMAH TANGGA Sesuai Dengan Kitab Sundarigama Om Awignamastu Namo Siddham Berikut ini merupakan petikan tatacara tawur ka sanga untuk tingkat rumah tangga yang dikutip dari kitab suci Sundarigama. Kitab suci Sundarigama merupakan salah satu lontar indik yang erat kaitanya dengan bagian karma kanda dari kitab Weda. Bagian Karma kanda mengutamakan korban yadnya sebagai sarana mendekatkan diri dengan Sang Hyang Widdhi Wasa yang sangat populer pada jaman Brahmana. 1. Segehan Manca Warna 9 tanding, lauknya olahan ayam brumbun · Cara membuat segehan manca warna yaitu disusun searah jarum jam mulai dari arah depan berturut-turut nasi putih, merah, kuning, hitam dan campuran keempat warna ditengah. · Posisi mebanten nasi warna putih selalu didepan. · Untuk olahan pada umumnya ayam dibuat lawar, sate, atau tum, atau disesuaikan dengan daerah. 2. segehan agung 1 tanding Cara membuat segehan agung secara filosofis adalah disesuaikan dengan urip dunia yaitu 33. Segehan dibuat dari nasi (sego) lauknya bawang jahe atau jika ada iwak suro sebanyak 33 tanding dengan posisi: Timur 5 tanding, Selatan 9 tanding, Barat 7 tanding, Utara 4 tanding, Tengah 8 tanding Di atasnya ditaruh canang sebanyak 33 buah Didepanya ditaruh daksina lepas (kelapa, beras, telor, pisang, benang tetebus, perlengkapan daksina) 3. Segehan sasah 108 tanding Cara membuat segehan yaitu dengan membuat alas untuk nasi sebanyak 108, lauknya jeroan mentah ditanding dalam satu tamas atau satu tempat, dilengkapi dengan sebuah canang. 4. Tempat Upakara di muka pintu keluar masuk pekarangan pekarangan, diberikan kepada Buta Raja, Buta kala, Kala Bala, dilanjutkan dengan Ngerupuk. 5. Tatacara Ngerupuk: Setelah menghaturkan tawur didepan rumah kemudian dilanjutkan dengan mengelilingi rumah dengan membawa obor, sembur mesui, dengan puja penolak bala. Setelah selesai ngerupuk maka setiap keluarga diharapkan dapat natab byakala (meminimalkan kekuatan negatif dalam diri), sesayut lara melaradan (mengusir penyakit) dan prayascita (menjadikan pikiran suci) atau sekurang-kurangnya melukat dan mebersih, yang semuanya dilakukan dihalaman rumah. Iti Sundarigama ngaran maka drestaning pakertigama, ling ira Sang hyang Suksma licin, ring sawateking purohito kabeh, maka drestaning praja mandala, wenang linaksanan, dening wang saprajamandala kabeh, lamakna dresta praja Sri Aji, tekeng jagat hitania, apania, prakrti iki, suksma, uttama dahat. (Inilah Sundarigama namanya, yang merupakan tatacara yang dibenarkan dalam melaksanakan ajaran Agama, dari sabda Sang hyang Sukma licin, kepada para Rsi semuanya, sebagai pelaksana tata cara keagamaan di wilayah suatu negara, dan yang patut dilaksanakan oleh masyarakat sewilayah bersangkutan semuanya, dengan tujuan agar tentramlah negara dan pemerintahan, demikian pula sejahteralah rakyatnya, sebab tatacara yang demikian itu adalah suci dan sangatlah utamanya). Om Santih, santih, santih Om

Vasudewah sarwam iti

“ Vasudewa h  sarwam iti ” Persaudaraan Semesta Oleh : I Gede Adnyana, S.Ag Prakata Pemirsa yang berbahagia, berbagai kejadian...