“Vasudewah sarwam iti”
Persaudaraan Semesta
Oleh : I Gede Adnyana, S.Ag
Prakata
Pemirsa yang berbahagia, berbagai kejadian yang bertentangan dengan kemanusiaan semakin sering kita dengar, semakin mudah memperoleh berita kriminal dibandingkan berita tentang pembangunan, atau tentang kebaikan. Bahkan insiden berlatar belakang SARA juga semakin mencuat kepermukaan. Dimanakah rasa persuadaraan yang kita miliki? Apakah ini artinya agama mulai melemah atau umat manusia mulai meninggalkan keyakinannya?
Kali ini kita akan membahas tentang Persaudaraan Semesta melalui ajaran mulia “Vasudewah sarwam iti”. Hadir bersama kita bapak I Gede Adnyana yang akan mengupas “Vasudewah sarwam iti” persuadaraan semesta.
- Apakah yang dimaksud dengan kalimat “Vasudewah sarwam iti”?
Bahunam janmanam ante,
jnanavan mam prapadyate,
Vasudevah sarvam iti
Sa mahatma su-durlabhah (B.G. VII.19)
Orang yang bijaksana akan datang kepada-Ku pada akhir banyak kelahiran, karena tahu Vasudewa adalah segalanya ini; sukar mendapatkan orang agung seperti ini.
Sloka Bhagawad gita VII.19, bagian dari Jnana Wijnana Yoga (pengetahuan serba tahu dalam pengetahuan), memberikan beberapa pemahaman yang patut digaris bawahi antara lain:
Ø Orang Bijaksana Akan Mencapai Brahman
Ø Tercapainya Akhir dari kelahiran berulang (samsara)
Ø Mengetahui Tuhan adalah segalanya ini
Jadi vasudewa sarwam iti adalah mengetahui segalanya adalah Brahman, sebagai landasan persaudaraan semesta, karena secara prinsip keseluruhan alam ini beserta isinya adalah penomena Brahman.
- Bagaimana mungkin seseorang dapat memandang segalanya ini sebagai Tuhan?
Oleh karena itulah Bhagawad Gita menyatakan hanya Orang Bijaksana Akan Mencapai Brahman. Artinya untuk memperoleh pemahaman “Vasudewah sarwam iti” diperlukan kebijaksanaan.
Orang bijaksana dalam kalimat diatas dapat diterjemahkan sebagai orang yang mengalami pencerahan, yang dapat menggunakan wiweka jnana dengan baik. Yaitu kemampuan memilah yang baik dari yang buruk kemudian memutuskan memilih yang baik. Kemampuan mengembangkan wiweka jnana ini akan semakin berkembang pada diri setiap manusia seiring dengan pengalaman, pengetahuan serta perenungan-perenungan yang dilakukan dari waktu-kewaktu.
- Jika kebijaksanaan itu seperti pohon, bisa tumbuh pada diri manusia, artinya juga sebaliknya dapat menjadi kerdil atau bahkan mati. Faktor apa saja yeng menyebabkan kerdilnya kebijaksanaan seseorang?
Kebijaksanaan atau wiweka akan semakin kerdil karena factor-faktor penghambat yang sebenarnya bersumber dari dalam diri manusia yang disebut sad ripu atau enam musuh yang ada dalam diri manusia, seperti dijelaskan dalam B.G. III. 37:
Kama esa krodha esa rajo guna samudbhawah,
Mahasano mahapapma viddy enam iha vairinam.
(Itu adalah nafsu, amarah yang lahir dari rajaguna; sangat merusak, penuh dosa, ketahuilah bahwa keduanya ini adalah musuh yang ada di bumi ini).
Kama dan krodha selanjutnya dijelaskan sebagai selubung yang menutupi sang atma, sehingga atma kehilangan pancaran kemurniannya yang adalah kebijaksanaan. Dengan lenyapnya kebijaksanaan maka manusia terjerumus dalam perbuatan-perbuatan adharma. Merusak, mencuri, berzina, membunuh, memfitnah, dan berbagai kekejian yang berujung pada penderitaan dunia, yang pada prinsipnya amat berbeda dengan prilaku suci yang bersumber dari cahaya atman yang penuh kedamaian..
- Disatu sisi ada kebijaksanaan yang menyebabkan tumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan dan persaudaraan, disisi lain ada sad ripu yang merupakan musuh penghambat. Adakah cara untuk terus menumbuhkan rasa persaudaraan antar sesama manusia secara mendasar agar dapat hidup rukun dan damai?
Bhagawad gita VII.29 menegaskan:
Jara marana moksaya mam asritya yatanti ye,
Te brahma tad vuduh krtsnam adhyatman karma cakhilam
(Mereka yang berlindung pada-Ku, dan berusaha untuk dapat lepas dari umur tua dan kematian, mereka menyadari sepenuhnya Brahman, sang diri pribadi dan segala karma).
Ada tiga hal yang mendapat perhatian dari orang bijak yaitu Brahman, Adhyatman dan karma. Pengetahuan inilah yang mampu mengantarkan seseorang terbebas dari umur tua dan kematian. Hanya yang tidak dilahirkan kembali sajalah yang beroleh anugrah ini, artinya mereka yang terbebas dari belenggu punarbhawa. Ketiga pengetahuan ini adalah pengetahuan rahasia yang hanya dapat diperoleh melalui pengabdian dan penyerahan diri secara total pada Sang Pencipta.
- Mengapa pengetahuan tentang Brahman, adhyatman dan karma penting bagi umat manusia?
Tentang Brahman, Adhyatman dan karma bagian Akasara Brahma Yoga Bhagawad Gita VIII.4 kembali menjelaskan:
Aksaram Brahma paramam svabhavo ‘dhyatman ucyate,
Bhuta bhavodbhava karo visargah karma samjnitah
(Yang kekal abadi, maha agung, adalah Brahman; persemayamannya didalam individu dinamakan adhyatman; karma adalah nama yang diberikan kepada persembahan yang melahirkan makhluk hidup di dunia).
Brahman adalah yang kekal penyebab pertama yang tidak disebabkan oleh karena itu Ia adalah Karana (sang penyebab) bagi semua yang ada. Brahman mengatasi subyek dan obyek. Ia tidak menjadi subyek pun bukan obyek. Brahman hanyalah sebuah keberadaan yang kekal dimana semuanya bersandar. Adyatma adalah manifesatasi dari Brahman yang menjadi sang hidup pada alam semesta. Ia adalah Brahman itu sendiri yang menyusup meresapi segala ciptaan hingga terciptalah kehidupan. Adhyatman adalah subyek yang menghadapi obyek maya yang dapat berubah. Ia menjadi “sang aku” yang mengalami suka duhka. Dan karma adalah daya kreatif yang merangkai segala ciptaan berjalan dalam rel kehidupan. Karma adalah esensi pergerakan alam secara menyeluruh. Seluruh prinsip kehidupan digerakkan oleh enegi karma tanpa kecuali.
- Bagaimana menyadari Brahman Atman dan karma sangatlah sulit, namun ketika prinsip dasar dari ketiganya dipahami berarti tumbuhnya sifat kemanusiaan dan persaudaraan. Apakah memang demikian?
Dengan menyadari bahwa seluruh alam ini adalah sebuah interaksi antara subyek sang jiwa dengan maya tattwa yang menjadi obyek, digerakan oleh generator karma maka tidak perlu ada yang membenci dan dibenci, karena secara keseluruhan segala yang ada bersandar pada Sang Penyebab yaitu Brahman. Jika semuanya adalah refleksi dari Sang Penjadi Dunia maka azas yang paling mendasar dari adanya segala ciptaan adalah Brahman “Vasudewah sarwam iti”.
Disini orang bijak tiada lain adalah yang menyadari sepenuhnya Brahman, atman dan karma. Ia yang menyadari bahwa sang diri atman memiliki hubungan yang erat dengan Brahman, memamahi aspek kesamaan antara sifat atman dan Brahman, berusaha menghentikan segala pengaruh karma yang dapat melekat pada sang atman melalui penyerahan segala kerja hanya pada Hyang widhi. Dengan terbebasnya sang atman dari kemelekatan karma maka cahaya atman akan semakin mendekati sifat brahman untuk kemudian bersatu dengan Brahman.
- Apakah dengan memahami “Vasudewah sarwam iti”, akan mampu memutus penderitaan manusia yang disebabkan oleh punarbhawa?
Kelahiran berulang dalam pandangan Hindu merukan tangga naik atau turun dari satu tangga kehidupan yang pasti terjadi. Kelahiran kembali sebagai hadiah kesempatan untuk berbuat baik pada setiap kehidupan. Kesempatan ini memberikan pengalaman-pengalaman dalam setiap kelahiran yang tercatat dalam “memori karma” atau karma wasana. Karma wasana menjadi salah satu penentu bagaimana kehidupan seseorang dewasa ini maupun yang akan datang.
Walaupun telah berulangkali lahir namun karena tertutup maya, maka orang tak dapat mengetahui kelahiran-kelahiran sebelumnya. Tetapi dengan suatu tapa brata yang kuat dan ketat atau anugrah dari Hyang Widdhi seseorang dapat mengetahui apa yang dialaminya pada masa lampau.
- Apakah dengan memahami “Vasudewah sarwam iti” akan timbul penghargaan yang sama pada semua manusia?
Lebih dari itu menyadari bahwa semua makhluk memiliki tujuan diciptakan ke bumi, memiliki peran masing-masing sehingga bukan hanya saling menghargai tetapi saling membutuhkan satu dengan yang lainnya.
Paropakaraya phalanthi wrksah
Paropakaraya vahanthi nadyah
Paropakaraya duhanthi gavah
Paropakaratham idam sariram
Demi yang lain pepohonan berbuah, Demi yang lain sungai mengalir, Demi yang lain sapi memberi susu, Demi yang lain hidup manusiamu.
Samarinda, .........................2015
Mengetahui
TVRI Kaltim Narasumber
……………………….. I Gede Adnyana, S.Ag
NIP. 197605112003121003
Prakata
Pemirsa yang berbahagia, berbagai kejadian yang bertentangan dengan kemanusiaan semakin sering kita dengar, semakin mudah memperoleh berita kriminal dibandingkan berita tentang pembangunan, atau tentang kebaikan. Bahkan insiden berlatar belakang SARA juga semakin mencuat kepermukaan. Dimanakah rasa persuadaraan yang kita miliki? Apakah ini artinya agama mulai melemah atau umat manusia mulai meninggalkan keyakinannya?
Kali ini kita akan membahas tentang Persaudaraan Semesta melalui ajaran mulia “Vasudewah sarwam iti”. Hadir bersama kita bapak I Gede Adnyana yang akan mengupas “Vasudewah sarwam iti” persuadaraan semesta.
- Apakah yang dimaksud dengan kalimat “Vasudewah sarwam iti”?
- Bagaimana mungkin seseorang dapat memandang segalanya ini sebagai Tuhan?
- Jika kebijaksanaan itu seperti pohon, bisa tumbuh pada diri manusia, artinya juga sebaliknya dapat menjadi kerdil atau bahkan mati. Faktor apa saja yeng menyebabkan kerdilnya kebijaksanaan seseorang?
- Disatu sisi ada kebijaksanaan yang menyebabkan tumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan dan persaudaraan, disisi lain ada sad ripu yang merupakan musuh penghambat. Adakah cara untuk terus menumbuhkan rasa persaudaraan antar sesama manusia secara mendasar agar dapat hidup rukun dan damai?
- Mengapa pengetahuan tentang Brahman, adhyatman dan karma penting bagi umat manusia?
- Bagaimana menyadari Brahman Atman dan karma sangatlah sulit, namun ketika prinsip dasar dari ketiganya dipahami berarti tumbuhnya sifat kemanusiaan dan persaudaraan. Apakah memang demikian?
- Apakah dengan memahami “Vasudewah sarwam iti”, akan mampu memutus penderitaan manusia yang disebabkan oleh punarbhawa?
- Apakah dengan memahami “Vasudewah sarwam iti” akan timbul penghargaan yang sama pada semua manusia?