I Gede Adnyana, FGAH Dunia Maya
MANGKU VS MISIONARIS
(SEPUTAR DIALOG KONSOLIDASI PEKABARAN INJIL DI KALTIM)
Pada tanggal 25 Juni 2008, bertempat di gedung Lamin Dayak Kota bontang Kalimantan Timur, dalam sebuah seminar Konsolidasi Pekabaran Injil Dalam Masyarakat Majemuk. Parisada Hindu Dharma Indonesia Kota bontang diundang untuk memberikan pandangan Agama Hindu tentang Pekabaran Injil. Dalam kesempatan ketua Parisada Kota Bontang Agung Eka Purnawan memberikan rekomendasi kepada Paruman Pinandita, yang diwakilkan saya sebagai salah satu anggota paruman pinandita.
Para misionaris dari seluruh Kalimantan Timur sekitar 50 peserta berkumpul untuk melakukan konsolidasi bagi penyebaran Kristen di Kalimantan Timur. Konsolidasi ini dilaksanakan oleh Majelis Sinode Gereja Evangelis Kalimantan Selatan. Dalam pertemuan yang berlangsung selama kurang lebih 60 menit dibagi menjadi dua termin, 30 menit pemaparang Pandangan Hindu tentang Pekabaran Injil. Dalam pemaparan ini saya mewakili PHDI, menyanggah sebutan Hindu Bali yang tertera pada undangan, dan meminta panitia menggunakan Agama Hindu Dharma, sebab Hindu memang bukan Bali saja, tapi Hindu untuk semua umat manusia.
Dalam kesempatan tanya jawab ada begitu banyak pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan seputar hindu, yang dapat dirangkum sebagai berikut:
(SEPUTAR DIALOG KONSOLIDASI PEKABARAN INJIL DI KALTIM)
Pada tanggal 25 Juni 2008, bertempat di gedung Lamin Dayak Kota bontang Kalimantan Timur, dalam sebuah seminar Konsolidasi Pekabaran Injil Dalam Masyarakat Majemuk. Parisada Hindu Dharma Indonesia Kota bontang diundang untuk memberikan pandangan Agama Hindu tentang Pekabaran Injil. Dalam kesempatan ketua Parisada Kota Bontang Agung Eka Purnawan memberikan rekomendasi kepada Paruman Pinandita, yang diwakilkan saya sebagai salah satu anggota paruman pinandita.
Para misionaris dari seluruh Kalimantan Timur sekitar 50 peserta berkumpul untuk melakukan konsolidasi bagi penyebaran Kristen di Kalimantan Timur. Konsolidasi ini dilaksanakan oleh Majelis Sinode Gereja Evangelis Kalimantan Selatan. Dalam pertemuan yang berlangsung selama kurang lebih 60 menit dibagi menjadi dua termin, 30 menit pemaparang Pandangan Hindu tentang Pekabaran Injil. Dalam pemaparan ini saya mewakili PHDI, menyanggah sebutan Hindu Bali yang tertera pada undangan, dan meminta panitia menggunakan Agama Hindu Dharma, sebab Hindu memang bukan Bali saja, tapi Hindu untuk semua umat manusia.
Dalam kesempatan tanya jawab ada begitu banyak pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan seputar hindu, yang dapat dirangkum sebagai berikut:
- Misionaris : Apakah Hindu membenarkan Poligamy!
- Mangku : Bukan masalah boleh atau tidak boleh, tetapi lebih pada mampu atau tidak mampu, dan karena kondisi. Hal ini dicontohkan oleh Prabu Dasarata yang memiliki tiga istri, tetapi rukun seperti saudara, satu sama lain saling mengasihi. Ketika istri pertama tidak memperoleh keturunan ia mendorong suaminya untuk menikah, demikian pula ketika istri kedua juga tidak mempunyai keturunan, ia melakukan hal yang sama. Tetapi dizaman sekarang masih adakah yang seperti itu?
- Misionaris : Apakah kasta dalam agama Hindu masih relevan dengan perkembangan zaman dewasa ini!
- Mangku : Kasta adalah penyimpangan dari ajaran Catur Warna dalam agama Hindu. Catur Warna disarakan pada bakat (guna) dan pekerjaan (Karma), bukan pada keturunan.
- Misionaris :Kitab suci apa sajakah yang dipakai oleh agama Hindu dalam menghadapi masyarakat Hindu yang majemuk? Apakah ada kesamaan Kitab suci?
- Mangku : Kitab suci yang dipakai adalah Weda yang terdiri dari sruti dan smerti. Kitab suci yang paling popular adalah itihasa Ramayana dan Mahabharata sebagai bagian dari Weda Smerti, sebab dari sinilah seseorang mulai belajar mengenal Hindu, dimana didalam mahabarata terdapat kitab Sruti Bhagawad Gita yang agung.
- Misionaris :Hindu itu kurang diterima oleh masyarakat dewasa ini yang bisa dilihat dari jumlahnya. apakah Hindu ada greget untuk menambah kuantitas umatnya
- Mangku : Jika dikatakan jumlahnya minim, Hindu bersama anak-anaknya, Buda, Sikh, Jaina, menempati urutan pertama. India dengan jumlah penduduk semilyar lebih merupakan kantong terbesar Hindu. Saudara tidak sadar bahwa setiap upacara adat yang ada di nusantara yang tidak diakui sebagai agama, terdapat unsure Agama Hindu. Sebagai contoh upacara sedekah bumi untuk Hyang Baruna, Bakti pertiwi untuk Ibu Pertiwi, Saren Tahun untuk Dewi Sri, dan masih banyak lagi yang kesemuanya mengacu pada pemujaan Dewa-Dewi Hindu. Jadi sangat banyak orang yang masih nglakoni ajaran Hindu walaupun tidak mengakui sebagai Hindu. Dan kami berprinsip agama yang besar harus menciptakan kedamaian terlepas dari banyak atau sedikit pengikutnya.
- Misionaris :Karena menurut anda (Hindu) Tuhan itu satu, apakah Hindu mengakui Yesus sebagai Tuhan?
- Mangku : Saya (HINDU) mengakui Yesus sebagai seorang Resi yang mencapai pencerahan, Yesus bukanlah satu-satunya anak Tuhan, sebab seluruh alam ini adalah putra-Nya.
- Misionaris :Hindu sebagai agama bumi dan bukan agama langit, bagaimana menurut pandangan anda?
- Mangku : Saya tidak keberatan karena Tuhan dalam Pandangan Hindu ada dimana-mana, bahkan ada dalam setiap makhluk yang disebut Atman. Jadi Tuhan tidak jauh ada dilangit tetapi ada disini, dan kita ada dibumi jadi yang cocok ya agama bumi. Lagi pula itu yang mengatakan manusia, Tuhan belum pernah berkata pada saya, hai kamu, agamamu agama bumi kamu harus pindah agama langit!
- Misionaris :Apakah syarat menjadi Hindu?
- Mangku :Jika anda tertarik menjadi Hindu cukup dengan melakukan upacara Sudi Wadani.
- Misionaris :Bagaimana pandangan Hindu tentang Sorga dan Neraka, inkarnasi dan kiamat!
- Mangku : Tidak ada satupun mantra/sloka yang menjamin jika seseorang masuk Hindu akan mendapatkan sorga. Sorga itu bukanlah tujuan dari seorang yang beragama Hindu. Sorga adalah hasil dari perbuatan baik dan neraka hasil dari perbuatan buruk, seorang Hindu harus berusaha melampaui perbuatan baik dan buruk untuk mencapai moksa. Jadi rumusnya sudah jelas berbuat baik mendapat sorga, berbuat buruk mendapat neraka, setelah habis masa sorga lahirlah jadi manusia yang ciri-cirinya tiak cacat, penuh kebahagiaan dan dikaruniai kemudahan. Jika lahir dari neraka bisa berupa binatang atau manusia hina, cacat, kerdil, salah ukur, penuh penderitaan di bumi ini. Konsep ringkasnya aalah Jiwa memesan badan, sampai saatnya mencapai Moksa. Saat semua makhluk mencapai moksa bersatu dengan Tuhan saat itulah Pralaya (kiamat).
- Misionaris : Anda mengatakan agama yang berselisih itu seperti oang buta yang meraba gajah, tetapi anda tidak sadar bahwa agama tidak bisa disamakan dengan orang buta sebab merupakan wahyu?
- Mangku : Perbedaan Keyakinan dianalogikan dalam kitab Wrhaspatti Tattwa sebagai lima orang buta meraba sekor gajah. Si A yang meraba belalainya akan mengatakan gajah itu sepeti ular, si B yang meraba ekornya mengatakan gajah itu seperti ranting, si C yang meraba perutnya akan berkata gajah itu seperti gentong, si D yang meraba kakinya berkata gajah itu seperti tiang yang kokoh, da si E yang meraba telinganya berkata gajah itu seperti daun talas yang lebar. Demikianlah kita harus menyadari bahwa masing-masing agama memiliki sudut pandang yang berbeda. Inilah sumbangan Hindu bagi kerukunan umat beragama, jika diterakan saya yakin pasti tidak akan terjadi konflik antar umat beragama. Sayangnya kita (agama yang bertikai) tidak sadar kalau kita sebenarnya buta!Inilah sumbangan Hindu bagi kerukunan umat beragama, jika diterakan saya yakin pasti tidak akan terjadi konflik antar umat beragama. Sayangnya kita (agama yang bertikai) tidak sadar kalau kita sebenarnya buta!
- Misionaris :Apakah ada keberatan dari pihak Agama Hindu atas pekabaran Injil yang dilakukan kritsen selama ini?
- Mangku : Tat Twam Asi, mengajarkan hendaknya seseorang selalu memandang orang lain sebagai sahabat, sebagai saudara sendiri. Menyakiti orang lain berarti menyakiti diri sendiri. Dalam Yajur Weda 40.7, disebutkan:
Seseorang yang memandang seluruh manusia memiliki atma yang sama dan dapat melihat semua manusia sebagai saudaranya, orang tersebut tidak terikat dalam ikatan dan bebas dari kesedihan
Hindu memandang bahwa dalam semua Agama ada kebenaran yang adi luhung walaupun disampaikan dengan jalan yang berbeda, seperti yang diuraikan dalam Bhagawad Gita IV.11 sebagai berikut:
Ye yatha mam prapadyante
Tams tathaiva bhajamy aham
Mama vartmanuvartante
Manusyah partha sarvasah.
Bagaimanapun jalan manusia mendekati-Ku, Aku terima, wahai arjuna, manusia mengikuti jalan-Ku pada segala jalan.
Jadi selama dengan cara yang bijak dan tidak ditujukan kepada orang yang sudah beragama tentu tidak ada keberatan dari pihak Hindu - Misionaris : Anda mengatakan hendaknya penyabaran agama agar ditujukan kepada orang yang belum beragama. Tetapi kita tahu bahwa di Kaltim ini semua orang telah beragama, mengapa anda (seorang Hindu) kesini (menyebarkan agama Hindu)!
- Mangku : Sejarah mengakui bahwa sejak abad ke-4, Hindu telah menjadi agama resmi di Kalimantan Timur pada masa kerajaan Kutai. Tidakkah seharusnya saya yang bertanya kenapa anda kesini?
Ditengah deraan para misonaris saya menyempatkan diri menyarangkan “pukulan”, dengan menolak pekabaran injil pada masyarakat yang telah beragama. Karena Hindu telah ada sejak abad ke-4 di Kaltim kenapa anda kesini? Kata-kata yang merupakan jawaban atas pertanyaan yang terakhir ini disambut dengan senyum kecut dan tepuk tangan dari para misionaris.
Dari dialog konsolidasi ini menggambarkan bagaimana pandangan Kristen terhadap Hindu selama ini. Dipandang sebagai agama minoritas, tidak menarik, agama bumi, sistem kasta dan sebagainya. Ini merupakan PR bagi kita semua untuk bangkit, mempelajari kembali butir-butir kebijaksanaan Weda, menerapkannya bagi generasi sekarang dengan cara yang mungkin bisa dianggap lebih menarik, yang tidak hanya menonjolkan upacara-upacara, tetapi bagaimana implementasi dari cara hidup sebagai seorang Hindu. Bagaimana Hindu bisa bangkit jika tidak dimulai dari kesadaran kita sendiri sebagai seorang Hindu.
Catatan untuk Parisada yang berada di wilayah Kalimantan dimana masih banyak saudara kita Dayak Kaharingan khususnya di Melak Kutai Barat, belum bergabung dengan Agama Hindu, agar mendapat perhatian sesegera mungkin, sebab mereka inilah sasaran empuk para misionaris. Pendekatan budaya lokal harus dikedepankan jika ingin mereka menjadi Hindu. Kita tinggal selangkah saja, maju dan rangkul mereka sebelum para misionaris menjebol benteng terakhir Kaharingan di Kutai Barat. Sudah saatnya Orang Hindu mengabarkan Weda seperti yang tertera dalam bait Yajur Weda XVI.18, sebagai berikut:
Yathemam wacam kalyanim awadani jnebyah,
brahma rajyanyabhyam sudraya caryaya ca swaya caranayaca.
Demikianlah semoga hamba dapat menyampaikan sabda-sabda suci (weda) ini kepada masyarakat pada umumnya, para pedagang, petani, buruh, baik kepada keluarga golongan saya sendiri dan orang lain sekalipun.
OM SANTIH, SANTIH, SANTIH OM